Archive for Mei 11th, 2011

Manusia dan Sastra

IBD, yang semula dinamakan Basic Humanities berasala dari bahasa inggris the humanities, istilah ini berasala dri bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya dan halus. Dengan memepelajari the humanities orag akan menjadi lebih manusiawi lebih berbudaya dan lebih halus, jadi humatities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilaia kita sebagai homo humanus. Untuk menjadi homo humanus manusia harus mempelajari ilmu yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain, apa yang dimaksud dengan huminites masih dapat di perdebatkan dan kadang-kadang disesuaikan dengan keadan dan waktu. Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teoogi, seni dan cabang-cabang termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah menusia dan budaya karena itu adalah yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan adan juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.

Hampir setiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities, ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti terdapat dalam filsafat atau agama dibanging dengan cabang the humanities yang lain seperti misalnya ilmu bahasa, seni memegang peranan yang penting karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikan normative.

Karena seni adalah ekspresi yagn sifatnya tidak normative, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normative, nilai-nilai yang disampaikan lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.

Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting, alas an pertama karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hamper semua pernyataan kegiatan manusia, dalam usahannya untuk memahami dirinya sendiri yang kemudian melahirkan fisafat manusia mempergunakan bahasa, dalam usahanya untuk memahami alam semesta yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan manusia mempergunakan bahasa, salam usahanya mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu social, manusia mempergunakan bahasa, dengan demikian manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi.

Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karyasastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat yang juga mempergunakan bahasa adalah abstraksi cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.

Cabang-cabang seni yagn lain pada hakekatnya juga abstrak. Gerak gerik dalam seni tari misalnya masih perlu dijabarkan, meskipun bunyi-bunyi dalam seni music lebih cepat dinikmati, bunyi-bunyi itu sendiri masih memerlukan penafsiran. Sebaliknya sastra adalah penafsiran itu sendiri, meskipun dalam penafsirannya sastra masih dapat ditafsirkan lagi.

Sastra juga didukung oleh cerita, dengan cerita orang lebih mudah tertarik dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normative. Cabang-cabang yang lain juga dapat menarik tanpa cerita akan tetapi sulit bagi penciptanya mengemukakan ggasannya dalam music misalnya kata-kata penciptanya tertelan oleh melodi. Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyimpanan nilai-nilai kemanusiaan, kepekaan menyebapkan dia mampu menangkap hal yang lepas dari pengamatan orang lain.

PROSA

            Istilah prosa banyak padananya, kadang-kadang disebut narrative fiction, proses fiction atau hanya fiction saja, dalam bahasa Indonesia sitilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, istilah rekaan umunya dipakai untuk novel, roman atau cerita pendek.

Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru :

Prosa lama meliputi :

Dongeng – dongeng

Hikayat

Sejarah

Epos

Cerita pelipur lara

Prosa baru meliputi :

Cerita pendek

Roman/novel

Biografi

Kisah

Otobiografi

NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI

Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan, atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra.

Prosa fiksi memberikan warisan kultural

Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.

Novel seperti siti nurbaya, salah asuhan mengungkapkan impian-impian dan harapan-harapan.

Prosa fiksi memberikan kesenangan

Kesitimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu, atau kejasian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembankan imajinasinya untuk mengenal kejadian yang dikisahkan, yang belum dikunjunginya atau yagn tak mungkin dikunjungi selama hidupnya

Prosa fiksi memberikan informasi

Fiksi memberikan sejenis informasi yagn tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalsitik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan dating atau kehidupan yang sama sekali.

Prosa memberikan wawasan

Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.

Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang memungkikan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam presepsi dan wawasan tentang tokoh, hidup dan kehidupan manusia.

Manusia dan Keindahan

Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot tumah tangga, suara, warna dan sebagainya. Kawasan keindahan merupakan bagian hidup manusia, keindahan itu keindahan dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia, keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dimanapun kapan pun dan siapa dapat menikmati keindahan.

Keindahan adalah identik dengan kebenaran, keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan, keduanya merupakan atau mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, yang tidak mengadung kebenaran berarti tidak indah, karena itu tiruan lukisan monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar, sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang di ungkapkan.

Sebenernya sulit bagi kita untuk menyatakan apakah itu, keindahan itu seuatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas, keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya, dengan kata lain ekindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk, dengan bentuk itu keindahan dapat berkomunikasi jadi sulit bagi kita berbicara mengenai sesuatu yang indah, keindahan hanya sebuah konsep yang baru berkomnukisai setelah mempunyai bentuk, contoh lukisan, pemandangan alam, tubuh yang molek, film dan nyanyian.

Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah, untuk perbedaan ini dalam bahasa inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang-kadang dicampuradukan saja.

Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hokum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sasuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotunis menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah, orang yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa yunani juga mengenak istilah ke indahan dalam arti estetis yang indah disebut symmetria untuk keindahan berdasarkna penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran.

Dalam rangka teori umum tentang nilai the liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagak salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan desebut bilai estetik.

Masalahnya sekarang ialah : apakah nilai estetik itu ?, dalam bidang filsafat, istilah nilai seringkali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau seringkali (goodness), dalam dictionary of sociologi and related sciences diberikan perumusan tentang value yang lebih terinci lagi sebagai berikut :

“The believed capacity of capacity of any object ti satisfy a human desire. The quality of any object wich casues it to be on interest to an individual or a group”, (kemampuan yang dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan).

Nilai ekssentrik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya, yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instriksi adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan atau sebagai suatu tujuan demi kepentingan benda itu sendiri.

Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan selera biasa, keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh factor ontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila ke-dua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah itu memikat atau menarik perhatian orang yang melihat, mendengar,. Bentuk diluar diri manusia itu berupa karya budaya yaitu karya seni lukis, seni suara, seni tari, seni sastra, seni drama dan film atau berupa ciptaan tuhan misalnya pemandangan alam, bunga warna-warni dan lain-lain.

Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontamplasi itu factor pendorong untuk menciptakan ekindahan, sedangkan ekstensi itu merupakan factor pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan. Karena drajat kontemplasi dan ekstansi itu berbeda-beda antar setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda. Mungkin orang yang satu mengatakan karya seni itu indah tetapi orang yang lain hanya mampu menikmati keindahan tetapi tidak bisa menciptakan keindahan.

Bagi seorang seniman selera seni lebih dominan dibandingkan dengan orang bukan seniman. Bagi orang bukan seniman mungkin factor ekstansi lebih menonjol, jadi ia lebih suka menikmati karya seni daripada menciptakan karya seni, dengan kata lain ia hanya mampu menikmati keindahan tetapi tidak mampu menciptakan keindahan.

Mengapa manusia berusaha untuk menciptakan keindahan. Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah, alam ciptaan tuhan, ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan tuhan dan alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis melukis wanita lebih cantik dari keadaan sebenarnya, justru tidak indah, bila ada pemain drama yang berlebih-lebihan : misalnya marah dengan meluap-luap padahal masalahnya kecil atau karena kehilangan sesuatu yang tidak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak indah.

Pengungkapan keindahandalam karya seni didasarkan oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan dan banyak lagi lainnya. Tujannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagu manusia secara kodrati. Berikut ini akan dicoba menguraikan alasan atau motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.

TATA NILAI YANG TELAH USANG

Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak  sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbakan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa, pingitan, derajad wanita lebih rendah dari pada derajad laki-laki. Tata nilai semacam ini di pandang sebagai mengurangi nilai moral lehidupan masyarakat, sehingga dikatakan tidak indah, yang tidak indah harus disingkirkan dan digantikan dengang yang indah, yang indah adalah tata nilai yang menghargai dan mengangkat martabat manusia, misalnya wanita.

Hal ini menjadi tama para sastrawan zman balai pustaka, dengan tujuan untuk merubah keadaan dan memperbaiki nasib kaum wanita. Sebagai contoh novel yang menggambarkan keadaan ini ialah “layar terkembang” oleh Sutan Takdir Alisyahbana, “Siti Nurbaya” oelh Marah Rusli.

KEMEROSOTAN ZAMAN

Keadaan yang merendahkan derajad dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerdekaan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama fari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhi tanpa menghiraukan ketentuan-ketentuan hokum agama dan moral masyarakat. Yang demikian itu dikatakan tidak baik, yang tidak baik itu tidak indah.

Manusia dan Cinta Kasih

Cinta memegang peranan yang penting dalam ekhidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam ekhidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan peemliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan menusiwi yagn akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan tuhannya sehingga menusia menyembah tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-nya dan berpegang teguh pada syariat-nya.

Dalam bukunya seni mencinta. Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan yang paling penting dalam member ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi, cinta itu selalu menyatakan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, paa pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah cinta seorang ibu kepada anaknya, bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mengasuh anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan tanggung jawab dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka rela yang dalam kasus hubungan ibu dan anak bayinya menunjukan penyelenggaraan atas hubungan fisik. Unsur yang ketiga adalah perhatian yang berarti memperhatikan bahwa pribadi lain itu hendaknya berkembang dan membuka diri sebagai mana adanya. Yang keempat adalah pengenalan yang merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia, dengan ke empat unsure tersebut, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, pengenalan, suatu cinta dapat dibina secara lebih baik.

Didalam kitab suci Alqur’an ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi di dalam jiwa manusia. Cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah dan rendah tingkatan cinta tersebut diatas adalha berdasarkan firman allah dalam surat At-taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut :

Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugian dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasul-nya dan berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-nya dan Allah tidak member petunjuk kepada orag-orang fasik.

Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada allah, rasulullah dan berjihad di jalan Allah, cinta tingkat menengah adalah cinta anak kepada orang uta, saudara, istri/suami, dan kerabat. Cinta tingkat terendah adala cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, harta, kerabat dan tempat tinggal.

Bagi setiap orang islam yang bertakwa sudha menjadi keharusan bahwa cinta kepada Allah dan juga pada Rasul-nya dan berjihad di jalan-nya adalah suatu cinta yang tidak ada duanya.

Hakekat dari cinta menengah adalah suatu energy yang dating dari perasaan hati dan jiwa, ia timbul dari perasan seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, keekrabatan atau persahabatan karenanya hubungan cinta kasih saying dan kesetiaan siantara mereka semakin akrab.

Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah akna terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain : seorang anak terhadap orang tuanya, atau orang tua terhadap anaknya.

Adapun pengaruh yang timbul oleh cinta menengah ini akan Nampak jelas hasilnya jika bukan disebabkan perasaan kasih sayang yang ditanamkan oleh tuhan dalam hati sepasang suami sitri, tentu tidak akan terbentuk suatu keluarga tak aka nada keturunan dan tak akan terwujud asuhan. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang paling keji hina dan merusak rasa kemanusiaan karena itu ia adalah cinta rendaha, bentuknya beraneka rama misalnya :

Cinta kepada thagut, thagut adalah syetan atau sesuatu yang disembah selain tuhan dalam surat Al Baqoarah Allah berfirman :

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan allah mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah adaun orang-orang yagn beriman amat sangat cinta kepada Allahnya.

Cinta berdasarkan hawa nafsu, cinta yang lebih mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak istri perniagaan dan tempat tinggal.

Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama, tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini, disuatu pihak cinta didengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian dunia tetapi di pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari eknyataan atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.

Dalam kehidupan manusia cinta menampakan diri dalam berbagai bentuk kadang-kadang seseorang mencintai dirinya sendiri, akdang-kadang mencintai orang lain atau juga sitri dan anaknya, hartanya atau Allah SWT dan rasulnya, berbagai bentuk cinta ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al Qur’an

CINTA DIRI

Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri, manusia senang untuk tetap hidup mengembankan potensi dirinya dan mengaktualisasikan diri. Ia pun mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya, sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit , penyakit dan mara bahaya, Al Qur’an telah mengungkapkan cinta laamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini kecenderungan untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguan bagi dirinya.

CINTA KEPADA SESAMA MANUSIA

Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egosimenya pun hendaknya ia menyeimbankan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang lain, bekerja sama dengan dan member bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu Allah swt ketika member isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memeberikan sebagian karunia yang diperolehnya.

CINTA SEKSUAl

Cinta erat katiannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian dan kerjasama antara suami dan sitri ia merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :

CINTA KEPABAKAN

Mengingat bahwa antara ayah dan anak tidak terjalin olah ikatan-ikatan fisiologis seperti menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis.

CINTA KEPADA ALLAH

Puncak cinta manusia yang paling bening jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah SWT dan kerinduan kepada-nya.

CINTA KEPADA ROSUL

Cinta kepada rasul yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta menduduki peringkat ke-dua setelah cint kepada Allah.