kebudayaan desa kampoeng naga
Masyarakat adalah sebagai perangkat pelaksana dari kebudayaan dan kebudayaan menjadi objek dari perangkat yang dilaksanakan oleh manusia dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa kebudayaan mempunyai keterkaitan dengan masyarakat, contohnya seperti masyarakat kampung naga di profinsi jawa barat saya mengambil contoh masyarakat kampung naga karena menurut saya kebudayaan disana masih di jaga keasliannya dan belum adanay ke budayaan luar yang masuk ke daerah tersebut, di mulai dari acara study tour yang di adakan sekolah saya ketika saya masih menjalankan jenjang pendidikan SMA tepatnya di SMA V Depok, study tour ini mewakili pelajaran antropologi yang saya terima di kelas IPS.
Tujuan dari study tour ini adalah mempelajari tentang kebudayaan asli suatu daerah yang belum tersentuh oleh budaya asing bisa dikatakan bahwa kebudayaan tersebut masih membawa nilai-nilai luhur dari orang-orang terdahulu.
Lokasi dari kampung naga agak unik letaknya yang berada di dalam lembah dikelilingi oleh tebing yang cukup tinggi sehingga dalam perjalanan saya menuju tempat tersebut memakan waktu cukup lama dan acces jalan masuk menuju desa hanya menggunakan transprotasi seadanya yaitu dengan berjalan kaki menuruni lembah hingga sampai ke desa tersebut atau kampung naga, terdapat ribuan anak tangga yang menjadi fasilitas jalan untu masuk dan keluar kampung masyarakat kampung naga sendiri tidak pernah mencoba untuk membuat jalan acces yang lebih mudah mereka tetap menggunakan jalan tersebut sebagai jalan acces keluar masuk kampung.
Masyarakan disanan masih menggunakan bahasa sunda yang tradisional atau bukan merupakan bahasa sunda yang baik dan benar dalam proses jual beli di kampung naga masyarakat masih mengenal jula beli dengan cara barter atau menukar barang dengan barang yang sama bobot harganya walaupun mereka juga sudah mengenal alat jual beli yaitu uang, mereka masih menganggan bahwa tetua desa (kepala desa) merupakan orang yang sangat di hormati dan peraturan-peraturan tetua desa wajib di patuhi, masyarakat disana masih percaya dengan kepercayaan dinamisme dan animisme, contohnya adalah di kampung naga mempunyai hutan terlarang yang hanya bisa dimasuki oleh tetua desa orang luar tidak bisa masuk kesana dan apabila ada orang luar yang masuk kesana mereka percaya bahwa aka nada kesialan atau hal buruk yang akan menimpa mereka.
Budaya gotong royong masih kental diantara penduduk desa contohnya adalah dengan kerja bakti membersihkan fasilitas desan seperti tangga acces untuk keluar dan kedalam desa walaupun terdapat ribuan anak tangga namun mereka tetap antusias melakukan hal tersebut, serta adanya kolam-kolam ikan yang menjadi milik dari desa kampung naga dan setiap masyarakat dapa mempergunakan hasil dari kolam-kolam ikan tersebut.
Benda elektronik seperti TV, radio dan sebagainya masih belum menjadi kebutuhan sekunder dari masyarakat desa bentuk bangunan yang terdapat disana masih menggunakan kayu sebagai bahan utamanya hal ini membuktikan bahwa kebudayaan modern masih belum menjamah desa tersebut.
Dari uraian di atas ini membuktikan bahwa kebudayaa apabila dijalankan dengan baik dan benar maka kebudayaan tersebut akan menjadi kebudayaan yang baik dan selarasn dengan alam serta masyaraka, berbeda sekali dengan kebudayaan masyarakat kota yang cenderung tidak berbudaya maksud dari kata “tidak berbudaya” adalah dalam setiap kehidupan masyarakat pasti memiliki norma dan terkadang norma tersbut menjadi suatu kebudayaan terkadang masyarakat tidak berbuat sesuai norma tersebut contoh yang paling kecil saja adalah membuang sampah tidak pada tempatnya, sebagai manusia yang berbudaya seharusnya tindakan tersebut tidak boleh dilakukan karena tidak mencerminkan kebudayaan yang baik.
Contoh lainnya adalah perilaku masyarakat disekitar bantaran sungai di kota-kota besar yang cenderung membuang sampah dan limbah rumah tanggan ke sungai hal itu sudah menjadi kebudayaan dari masyarakat daerah bantaran sungai dan hal tersebut merupakan kebudayaan yang tidak baik karena tidak selaras dengan lingkungan.